mind is free
May 18, 2011
Cinta Diantara Lorong Hidup
Siapa yang masih percaya cinta? jika itu ditanyyakan pada anda, pa yang akan anda jawab? sesuatu yang pasti saya akan mendapatkan berbagai macam jawaban yang berbeda-beda.
dan saat pertanyaan lain diajukan, misalnya; apakah layak cinta masih bisa dipercaya? tentu saja jawaban yang datang akan lebih beragam lagi. Ya, tentu saja untuk kedua pertanyaan tersebut bukanlah jenis pertanyaan pilihan ganda yang harus anda jawab dengan memilih jawaban antara a atau b. Dua pertanyaan tersebut adalah jenis pertanyaan yang membuat anda harus menguraikan jawaban dalam satu atau dua paragraf.
Jadi apa maksud tulisan ini? apakah akan membicarakan definisi cinta?
saya rasa tidak, karena telah begitu banyak definisis cinta yang berserakan memenuhi blog, tulisan koran, majalah dan wadah apapun yang anda temui setiap hari. dari awal anda mengenal kata cinta saat malu-malu di awal zaman pubertas sampai anda telah jatuh bangun dalam permainan cinta itu sendiri. saya rasa kita ikuti saja alur pemikiran saya (lebih fair sapertinya dari pada menjudge di awal ..ya kan).
Beberapa waktu terakhir pikiran saya dikuasai oleh beberrapa kasus cinta yang ada di sekitar saya. beberapa waktu yang lalu 2 atau 3 orang teman dekat saya melacur (melakukan curhat) ke saya. Ya kebetulan mereka memiliki kasus sejenis. Yang pertama kecewa karena cintanya kandas ditengah jalan gara-gara perbedaan keyakinan. Dia merasa gusar dan marah kenapa keyakinan harus memisahkan kasih cinta mereka? Bukankah semua keyakinan memiliki cinta di dalamnya? yang kedua merasa patah hati karena sang pujaan ternyata berbeda suku. dan yang terakhir merasa cinta adalah segala-ggalanya yang harus dia perjuangkan sampai darah penghabisan...wow..saya bergidik ngeri melihat gelora semangat di matanya. awalnya reaksi saya ya sngat flat lah tersenyum, mendengarkan dan sesekali mengangguk atau mengeluarkan suara "trus...trus..", setelah mereka pulang saya mulai membatin dan menjawab enteng"lucu juga ya kalian. kalau sudah tahu dari awal bahwa keyakinan, suku, dan sesuatu yang sudah dibawa dari lahir memang menajdi masalah. kenapa musti ngoyo. bukankah lebih baik tidak di mulai sedari awal? dan permasalah tidak akan pernah ada. (sial juga ternyata punya sahabat seperti saya yang bisa bikin statement begini...wkwkwk).
Tapi pikiran saya saya yang lain malah sahut menyahut menimpali.
" apakah bisa cinta memilih?"
"cinta kan spontan!"
"ingat kan, cinta pertama jatuh pada seorang anak yang sangat dibenci di kelas?"
" salahkah jika cinta terpaut pada seorang anak jenderal?"
(ah lompatan logika, rasa dan sedikit bumbu nostalgia datang)
Menurut pandangan saya, cinta itu adalah sebuah rasa yang diberikan pada manusia, dan dia adalah sebuah alat. Sebuah alat yang bisa berubah bentuk, sesuai dengan cetakannya. Dengan alat inilah anda melalui hari anda, memilih orang yang tepat, atau menyikapi setiap hal yang anda hadapi dalam hidup.
Cinta itu murni. Dia akan anda bentuk sesuai dengan cetakan yang anda pilih. tersedia sudah beberapa cetakan, ada cetakan ego, keyakinan, dan status sosial dan cetakan-cetakan lain yang bisa anda gunakan.
Saat si murni cinta dicetak dengan cetakan maka dia berubah dan menjadikan cetakan sebagai landasan atau sudut pandangnya, dia kan terbentuk dan tunduk akan rambu-rambunya. saat dia telah memilih keyakinan sebagai cetakan maka keyakianan lah landasannya, cinta bersifat selektif permeabel.
saat dia memilih ego, maka dengan secara sigap ego akan memiliki semuanya, ego akan menjadi pimpinan yang menjadikan cinta sesuatu yang diagungkan, harus dibenarkan dan tak ada yang mampu mmengalahkan dan memenjarakannya. memilih dengan bebas kemana dia menetap dan mgesampingkan hal lain.
saat menjadikan status sosial atau kesukuan atau ras sebagai cetakan cinta menjadi sesuatu yang sangat kejam, dia menjadi sebuah unsur yang hanya berikatan dengan unsur yang sama dan akan hancur di saat bereaksi dengan unsur yang berbeda.
setiap cetakan akan membawa sudut pandang yang berbeda dan tentu saja hasil yang tidak sama juga. Saya ibaratkan hidup adalah sebuah lorong panjang (ya tergantung umur masing-masing panjangnya lorong dan sudah dijatah-jatah...). dan setiap momen atau peristiwa yang ada dalam hidup adalah sebuah pintu yang tersedia di dalam lorong itu. Dan saya menggibaratkan bahwa setiap cinta yang telah di cetak akan berubah menjadi sebuah kunci. Kunci yang akan anda bawa untuk memasuki setiap pintu dalam lorong kehidupan.
masalah akan mulai ada saat anda tidak siap bahwa kunci yang anda pakai tak bisa membawa anda menuju pintu yang anda inginkan, membawa anda ke pintu yang salah atau tidak bahagia. (kebanyakan saat memilih cetakan keyakinan yang tidak sesuai).
atau saat anda memaksakan kunci untuk membuka pintu yang tidak patut, tidak match dengan kuncinya. anda terus memaksa masuk melewatnya dengan kunci yang ada di tangan anda. dua hal akan terjadi, si kunci akan patah (ini peristiwa patah hati karena memaksakan meneruskan hubungan yang ditentang). Atau anda malahan memilih mendobrak pintu, kunci tetap utuh, anda berhasil melewatinya tapi pintu telah hancur. (biasanya untuk kasus-kasus yang meilih cetakan ego, status sosial atau hal yang mirip2 dengannya).
Ternyata menurut saya kita yang harus pandai memilih cetakan cinta yang akan kita pilih buat si murni cinta. karena setiap cetakan akan memebrikan ujung lorong dan konsekuensi yang berbeda.
manakah yang terbaik dalam memilih cetakan? apakah keyakianan, status sosial, ego? menurut saya senyum anda telah menyatakan jawaban yang anda punya masing-masing. saya bebaskan anda untuk memilih toh..kita tidak melalui lorong yang sama bukan?
Tiba-tiba pikiran saya terlonjak. Bagaimana dengan benci? apakah dia produk dari si murni cinta dengan cetakan yang salah atau itu produk apa?
Bukan, dia bukanlah produk dari cetakan yang salah, dia adalah hasil dari sebuah cetakan yang diambil tetapi lupa menaruh cinta di dalamnya. cetakan yang tidak terisi oleh si murni Cinta, sehingga kunci untuk melewati pintu gagal anda dapatkan. yang membuat anda marah dan ingin menghancurkan pintu yang akan anda hadapi. jawab saya mengakhiri diskusi malam ini.
Padang, 02 Mei 2011
February 07, 2011
template pemikiran
beberapa saat yang lalu saya ikut terlibat dalam pembahasan mengenai jalan pikiran dan kerjanya otak, sebenarnya itu hanya sebuah pengatar buat diskusi yang lebih berat. tapi menurut saya pengantarnya malah terasa lebih menarik untuk di share di ruang ini, syang hanya untuk disimpan sebagi file di laptop saya. selain itu pembahasan dan cara pandang yang berbeda dari sebuah mental block.
mungkin beberapa orang masih ingat tentang suatu soal psiko test mengenai membuat 4 garis yang melalui 9 titik. (ini sering dibahas kok).
di saat selanjutnya pada gambar berikut kita bisa menterjemahkannya dalam berbagai hal.
bisa menjadi seseorang yang mengintip, bisa menjadi seorang pembokat yang lagi ngepel, bisa menjadi sebuah hunian manusia es dan lain sebagainya. beberapa penafsiran tentang gambar terasa sangat mungkin dan beberapa penafsiran mungkin dirasa tidak mungkin.
ini disebakan karena dalam diri setiap orang dengan berjalannya waktu dan informasi yang dia terima telah membentuk template-template di pikirannya, sehingga di saat informasi baru datang maka informasi tersebut akan
diterjemahkan sesuai dengan template yang ada dan di beri maksa sesuai dengan perspektif masing-masing. tapai satu hal yang perlu diingat adalah karena ini dipunyai oleh semua orang, maka kita juga harus bisa mnyadari bahwa setiap orang juga mempunyai template pikirannya masing-masing.
so, tidak heran lagi kan melihat ada dua orang terlihat adu mulut yang sengit dalam membahas sesuatu, atau malah ngotot dengan pendapatnya sendiri. atau keadaan kita merasa begitu cepat melihat bahwa ide seseorang tidak begitu penting untuk diperhatikan.
beberapa hal yang perlu diketahui adalah sebagai berikut:
menurut istilah Pak Abdul Malik Gismar adalah pathological tendencies of the human mind (and their remedies).
Kecenderungan alamiah untuk “melupakan” bukti dan informasi yang tidak mendukung pendapat kita dan “mengingat” bukti dan informasi yang mendukung.
Mengoreksi egocentric memory
•Dengan secara terbuka mencari bukti dan informasi yang tidak mendukung pendapat kita dan secara eksplisit mengarahkan perhatian kepada bukti dan informasi ini.
Bila anda coba dan tidak temukan bukti dan informasi seperti itu, asumsikanlah bahwa anda belum mencarinya secara benar
Kecenderungan alamiah untuk berpikir “absolutist” dalam sudut pandang yang sangat sempit
Mengoreksi egocentric myopia
•Secara rutin berpikir dengan sudut pandang yang bertentangan dengan sudut pandang kita. Kalau anda jaksa, coba anda berpikir sebagai polisi; kalau anda polisi coba anda berpikir sebagai LSM; kalau anda LSM, cobe berpikir sebagai polisi; dst.
talk about life
lama sudah saya tidak menulis. tidak lagi bisa menyemangati diri dan berdisiplin diri untuk menguratkan sebait tutur pikiran dan menuangkannya di media yang bisa dibaca oleh orang lain, ya minimal untuk diri sendiri. Manfaat terkecil nya bisa sebagai pengingat bagi diri sendiri sebelum lupa menyerang atau bisa menjadi bahan tertawaan suatu saat nanti. Menertawakan kebodohan diri sendiri dan bergumam " lucu ya..waktu itu pikiran ku cuma segini saja..", atau malah sebagai hal yang menjadi kita bangga.."wah ..ternyata yang kupikirkan waktu itu ternyat benar dan melampuai masanya". dan berbagai macam hal bisa terjadi kan.
beberapa waktu yang lalu saya disempatkan berkenalan dengan seorang bapak, seumuran bapak saya, tapi dia menarik perhatian saya dengan gaya dia bertutur dan berbahasa. saat memberikan suatu obrolan beliau memberikan suatu cerita yang sarat makna, bukan obrolan kosong yang sering saya dengar akhir-akhir ini. yah..perjalanan hidup saya akhir-akhir ini jauh dari obrolan berisi dan diskusi yang menginspirasi.
banyak hal kita bahas waktu perjalanan menuju kantor pejabat daerah waktu itu, sang bapak mulai membahas mengenai ibnu batutah. perjalanan seorang traveller muslim keliling dunia. si bapak membahasa pandangannya bahwa seorang traveller sangat berbeda dengan seorang petani. seorang traveller tidak punya tujuan karena saat dia mencapai kota tujuannya dia hanya akan sementara di sana dan kan melanjutkan perjalanan ke kota lainnya. seornag traveller tidak akan pernah memetik hasil, karena hasil yang dia dapat hanya bersifat temporary, tidak permanent. berbeda sekali dengan seorang petani, yang menjadi seorang sosok yang rela menunggui ladang dengan sabar dan akan memetik hasil di kemudian hari. seorang petani adalah seorang yang bisa menimbun bekal.
Percakapan mulai menarik saat saya membantah pandangan beliau tentang traveller yang tanpa tujuan dan tidak menghasilkan sesuatu. menurut saya sangat bebas jika ada orang yang beranggapan seperti itu. dan sangat wajar jika itu diucapkan dan terkait dengan kondisi fakta seorang traveller. tapi apakah seseorang kan menjadi traveller yang seperti digambarkan oleh halayak atau tidak, tetap menjadi sebuah pilihan yang unik bagi sang traveller itu sendiri. Dan saya mengutarakan pemikiran bahwa saya adalah seorang traveller (I wish I can go around the world, someday). saya mempunyai tujuan dan perjalanan itu sendiri menurut saya adalah perjalanan yang syarat makna. dan suatu saat dia kan berhenti dan meneruskan sisa hidup dengan memberikan cerita dan pelajaran yang baik buat generasi lanjutan.
kemudian persinggungan di awal percakapan tentang ibnu batuta, membuat saya kalap dan mengunduh apapun informasi tentang ibnu batutah. walaupun masih membaca sedikit tapi lewat celah sempit mata saya, saya berpendapat perjalanan ibnu batutah adalah perjalanan mencari makna tentang hidup, perjalanan mencapai cultural understanding untuk lebih menghargai apa yang kita punya.
trus kemudian si bapak menanyakan"kenapa kamu ngotot mau pergi keluar negeri dan melakukan pengembaraan?".
saya menjawab dengan enteng "expand the horizon pak. saya yakin untuk melihat suatu hal dalam diri kita kita perlu melihat dari berbagai perspektif, dan perjalanan ke negeri orang kan membuat kita lebih alus dalam memandang hidup."
si bapak hanya menjawab dengan senyum pendek.
kemudian saya mengutarakan mengenai imajinasi saya untuk punya keluarga yang multikultural, dalam artian saya punya keluarga dari budaya yang berbeda. walaupun akan sulit tapi jika punya pandangan jauh ke depan dan visi yang jelas saya yakin itu akan berhasil. bagi saya bagusnya mempunyai sebuah keluarga multikultural adalah bisa memilih nilai-nilai terbaik dari setiap budaya untuk kita terapkan. kita tidak harus terkungkung dengan aturan nilai tertentu, dan kitalah yang memegang kendali tentant suatu nilai (mungkin ini diluar konteks agama ya, kalo agama menurut saya semua indikatornya sudah jelas).
dan si bapak menyela, "bagus kok punya pikiran seperti itu, tapi satu hal hidup tanpa tradisi akan terasa hambar."
"Maksud bapak?" tanya saya sekenanya.
"ya kehidupan saya 18 tahun di New York, dan mencermati kehidupan masyarakat cosmopolitan seperti tokyo dan new york memberikan pengertian khusus tentang tradisi. ternnyata kehidupan seperti itu menjadikan manusia hidup solitaire, nafsi-nafsi, dan kadangkala pun stress dan persoalan hidup membuat dia gampang untuk mengambil jalan pintas. sangat berbeda dari seseorang yang tumbuh di keluarga yang hangat kental dengan tradisi, dimana kehidupan sosial lebih hidup, mereka terleihat lebih menikmati hidup."
dan saya pun hanya menyimak apa yang diucapkan oleh si bapak, ada benarnya tetapi menurut saya kita perlu mencoba, mix and match. di suatu sisi kita memerlukan masa untuk sendiri dan di lain sisi kebutuhan tentang tradisi juga penting. mungkin istilah teman saya adalah kemanapun pergi jangan lupa sama akar sendiri. sehingga kita tidak seperti layangan putus.
akhirnya mobil melaju dan obrolan terhenti karena kita sudah sampai di tempat tujuan. tetapi satu hal beliau berpesan pada saya, "menulislah karena dengan menulis pikiranmu akan hidup. setiap pemikiran yang gagal untuk dituliskan akan kembali ke alam bawah sadar. jadi mubazir kan kalau tidak ditulis?"
saya menjawab dengan senyum " baik, pak."
senang berkenalan dengan anda pak.
padang 2 february 2011
Subscribe to:
Posts (Atom)