dan saat pertanyaan lain diajukan, misalnya; apakah layak cinta masih bisa dipercaya? tentu saja jawaban yang datang akan lebih beragam lagi. Ya, tentu saja untuk kedua pertanyaan tersebut bukanlah jenis pertanyaan pilihan ganda yang harus anda jawab dengan memilih jawaban antara a atau b. Dua pertanyaan tersebut adalah jenis pertanyaan yang membuat anda harus menguraikan jawaban dalam satu atau dua paragraf.
Jadi apa maksud tulisan ini? apakah akan membicarakan definisi cinta?
saya rasa tidak, karena telah begitu banyak definisis cinta yang berserakan memenuhi blog, tulisan koran, majalah dan wadah apapun yang anda temui setiap hari. dari awal anda mengenal kata cinta saat malu-malu di awal zaman pubertas sampai anda telah jatuh bangun dalam permainan cinta itu sendiri. saya rasa kita ikuti saja alur pemikiran saya (lebih fair sapertinya dari pada menjudge di awal ..ya kan).
Beberapa waktu terakhir pikiran saya dikuasai oleh beberrapa kasus cinta yang ada di sekitar saya. beberapa waktu yang lalu 2 atau 3 orang teman dekat saya melacur (melakukan curhat) ke saya. Ya kebetulan mereka memiliki kasus sejenis. Yang pertama kecewa karena cintanya kandas ditengah jalan gara-gara perbedaan keyakinan. Dia merasa gusar dan marah kenapa keyakinan harus memisahkan kasih cinta mereka? Bukankah semua keyakinan memiliki cinta di dalamnya? yang kedua merasa patah hati karena sang pujaan ternyata berbeda suku. dan yang terakhir merasa cinta adalah segala-ggalanya yang harus dia perjuangkan sampai darah penghabisan...wow..saya bergidik ngeri melihat gelora semangat di matanya. awalnya reaksi saya ya sngat flat lah tersenyum, mendengarkan dan sesekali mengangguk atau mengeluarkan suara "trus...trus..", setelah mereka pulang saya mulai membatin dan menjawab enteng"lucu juga ya kalian. kalau sudah tahu dari awal bahwa keyakinan, suku, dan sesuatu yang sudah dibawa dari lahir memang menajdi masalah. kenapa musti ngoyo. bukankah lebih baik tidak di mulai sedari awal? dan permasalah tidak akan pernah ada. (sial juga ternyata punya sahabat seperti saya yang bisa bikin statement begini...wkwkwk).
Tapi pikiran saya saya yang lain malah sahut menyahut menimpali.
" apakah bisa cinta memilih?"
"cinta kan spontan!"
"ingat kan, cinta pertama jatuh pada seorang anak yang sangat dibenci di kelas?"
" salahkah jika cinta terpaut pada seorang anak jenderal?"
(ah lompatan logika, rasa dan sedikit bumbu nostalgia datang)
Menurut pandangan saya, cinta itu adalah sebuah rasa yang diberikan pada manusia, dan dia adalah sebuah alat. Sebuah alat yang bisa berubah bentuk, sesuai dengan cetakannya. Dengan alat inilah anda melalui hari anda, memilih orang yang tepat, atau menyikapi setiap hal yang anda hadapi dalam hidup.
Cinta itu murni. Dia akan anda bentuk sesuai dengan cetakan yang anda pilih. tersedia sudah beberapa cetakan, ada cetakan ego, keyakinan, dan status sosial dan cetakan-cetakan lain yang bisa anda gunakan.
Saat si murni cinta dicetak dengan cetakan maka dia berubah dan menjadikan cetakan sebagai landasan atau sudut pandangnya, dia kan terbentuk dan tunduk akan rambu-rambunya. saat dia telah memilih keyakinan sebagai cetakan maka keyakianan lah landasannya, cinta bersifat selektif permeabel.
saat dia memilih ego, maka dengan secara sigap ego akan memiliki semuanya, ego akan menjadi pimpinan yang menjadikan cinta sesuatu yang diagungkan, harus dibenarkan dan tak ada yang mampu mmengalahkan dan memenjarakannya. memilih dengan bebas kemana dia menetap dan mgesampingkan hal lain.
saat menjadikan status sosial atau kesukuan atau ras sebagai cetakan cinta menjadi sesuatu yang sangat kejam, dia menjadi sebuah unsur yang hanya berikatan dengan unsur yang sama dan akan hancur di saat bereaksi dengan unsur yang berbeda.
setiap cetakan akan membawa sudut pandang yang berbeda dan tentu saja hasil yang tidak sama juga. Saya ibaratkan hidup adalah sebuah lorong panjang (ya tergantung umur masing-masing panjangnya lorong dan sudah dijatah-jatah...). dan setiap momen atau peristiwa yang ada dalam hidup adalah sebuah pintu yang tersedia di dalam lorong itu. Dan saya menggibaratkan bahwa setiap cinta yang telah di cetak akan berubah menjadi sebuah kunci. Kunci yang akan anda bawa untuk memasuki setiap pintu dalam lorong kehidupan.
masalah akan mulai ada saat anda tidak siap bahwa kunci yang anda pakai tak bisa membawa anda menuju pintu yang anda inginkan, membawa anda ke pintu yang salah atau tidak bahagia. (kebanyakan saat memilih cetakan keyakinan yang tidak sesuai).
atau saat anda memaksakan kunci untuk membuka pintu yang tidak patut, tidak match dengan kuncinya. anda terus memaksa masuk melewatnya dengan kunci yang ada di tangan anda. dua hal akan terjadi, si kunci akan patah (ini peristiwa patah hati karena memaksakan meneruskan hubungan yang ditentang). Atau anda malahan memilih mendobrak pintu, kunci tetap utuh, anda berhasil melewatinya tapi pintu telah hancur. (biasanya untuk kasus-kasus yang meilih cetakan ego, status sosial atau hal yang mirip2 dengannya).
Ternyata menurut saya kita yang harus pandai memilih cetakan cinta yang akan kita pilih buat si murni cinta. karena setiap cetakan akan memebrikan ujung lorong dan konsekuensi yang berbeda.
manakah yang terbaik dalam memilih cetakan? apakah keyakianan, status sosial, ego? menurut saya senyum anda telah menyatakan jawaban yang anda punya masing-masing. saya bebaskan anda untuk memilih toh..kita tidak melalui lorong yang sama bukan?
Tiba-tiba pikiran saya terlonjak. Bagaimana dengan benci? apakah dia produk dari si murni cinta dengan cetakan yang salah atau itu produk apa?
Bukan, dia bukanlah produk dari cetakan yang salah, dia adalah hasil dari sebuah cetakan yang diambil tetapi lupa menaruh cinta di dalamnya. cetakan yang tidak terisi oleh si murni Cinta, sehingga kunci untuk melewati pintu gagal anda dapatkan. yang membuat anda marah dan ingin menghancurkan pintu yang akan anda hadapi. jawab saya mengakhiri diskusi malam ini.
Padang, 02 Mei 2011
it's great...prinsip "lock and key" mengingatkan sifat khas enzim.
ReplyDeletepemikiran yg cukup menarik...mengingatkan saya pd niat membuat kuker yg terlupakan. saya bisa bentuk kuker itu apa pun sesuai keinginan saya...selagi adonannya sama maka rasanya pun akan sama... (jdnya lbh mikirin kuker drpd cinta :p)
ReplyDelete